Gangguan penglihatan dan kebutaan masih merupakan masalah di dunia, menurut estimasi perhitungan dari WHO pada program pencegahan Kebutaan terdapat 285 juta orang di dunia mengalami gangguan penglihatan (visual impairment) yang terdiri dari 39 juta mengalami kebutaan (blind) dan 246 juta mempunyai penglihatan lemah (low vision). Enam puluh lima persen dari gangguan penglihatan dan 85 % dari kebutaan diderita oleh orang berusia di atas 50 tahun yang merupakan 20 % dari total populasi penduduk. Penyebab kebutaan terbesar adalah katarak. WHO mencanangkan Universal Eye Health dengan Global Action Plan 2014-2019 dengan visi: “A world in which nobody is needlessly visually impaired, where those with unavoidable vision loss can achieve their full potential and where there is universal access to comprehensive eye care services.” (Tidak ada lagi orang di dunia dengan gangguan penglihatan, untuk orang dengan kebutaan yang tidak dapat diterapi harus diberikan akses mudah ke pusat pelayanan kesehatan mata yang komprehensif). Target dari visi ini adalah menurunkan prevalensi avoidable gangguan penglihatan sebesar 25% pada tahun 2019.
Indonesia mempunyai prevalensi kebutaan dan gangguan penglihatan nomor 2 tertinggi di dunia setelah Ethiopia. Indonesia terdiri dari 34 propinsi, dengan pulau Jawa mempunyai penduduk terbanyak yaitu 57% dari total penduduk Indonesia, dan penduduk Jawa Barat sebanyak 20% dari total penduduk Indonesia.
Pada tahun 2014 telah dilakukan survey dengan metode RAAB (Rapid Assessment of Avoidable Blindness) di Jawa Barat untuk penduduk berusia 50 tahun atau lebih, dan didapatkan angka kebutaan sebesar 2.8%, dengan penyebab utama kebutaan adalah katarak sebesar 71.7%, Data penduduk berusia 50 tahun dan lebih di Jawa Barat sebesar 15.1% dari total penduduk Jawa Barat 47.379.389 orang. Data Cataract Surgical Coverage (perbandingan antara jumlah operasi katarak dengan jumlah penderita katarak yang membutuhkan operasi) di jawa Barat adalah 42%, sehingga masih kurang 58% jumlah penderita katarak yang membutuhkan operasi. Hal ini terjadi karena tidak semua penduduk yang menderita katarak terdata dengan baik.
Bila kita melihat hasil survey RAAB 2014 di Jawa Barat, maka didapatkan data di Kota Bandung sebagai berikut:
PENDUDUK SASARAN PROGRAM PENANGGULANGAN GANGGUAN PENGLIHATAN KOTA BANDUNG TAHUN 2014-2019
No |
Kecamatan |
Jumlah penduduk |
Jumlah penduduk usia > 50 tahun
|
Gangguan Penglihatan |
Katarak |
Cataract Surgical coverage |
Butuh operasi katarak |
01 |
BANDUNG KULON |
143,216 |
21.625 |
606 |
435 |
183 |
252 |
02 |
BABAKAN CIPARAY |
147,911 |
22,334 |
625 |
448 |
188 |
260 |
03 |
BOJONGLOA KALER |
121,071 |
18,281 |
512 |
367 |
154 |
213 |
04 |
BOJONGLOA KIDUL |
86,139 |
13,007 |
364 |
261 |
110 |
151 |
05 |
ASTANA ANYAR |
69,221 |
10,452 |
293 |
210 |
88 |
122 |
06 |
REGOL |
81,931 |
12,371 |
346 |
248 |
104 |
144 |
07 |
LENGKONG |
71,596 |
10,811 |
303 |
217 |
91 |
126 |
08 |
BANDUNG KIDUL |
59,292 |
8,953 |
251 |
180 |
76 |
104 |
09 |
BUAH BATU |
95,648 |
14,443 |
404 |
290 |
122 |
168 |
10 |
RANCASARI |
77,332 |
11,677 |
327 |
235 |
99 |
136 |
11 |
GEDE BAGE |
37,294 |
5,632 |
158 |
113 |
48 |
65 |
12 |
CIBIRU |
72,419 |
10,935 |
306 |
219 |
92 |
127 |
13 |
PANYILEUKAN |
40,475 |
6,112 |
171 |
123 |
52 |
71 |
14 |
UJUNG BERUNG |
77,333 |
11,678 |
327 |
235 |
99 |
136 |
15 |
CINAMBO |
25,371 |
3,831 |
107 |
77 |
32 |
45 |
16 |
ARCAMANIK |
69,702 |
10,525 |
295 |
212 |
89 |
123 |
17 |
ANTAPANI |
74,884 |
11,307 |
317 |
227 |
95 |
132 |
18 |
MANDALAJATI |
63,934 |
9,655 |
270 |
194 |
82 |
112 |
19 |
KIARACONDONG |
132,721 |
20,041 |
561 |
402 |
169 |
233 |
20 |
BATUNUNGGAL |
121,602 |
18,362 |
514 |
369 |
155 |
214 |
21 |
SUMUR BANDUNG |
36,786 |
5,554 |
156 |
112 |
47 |
65 |
22 |
ANDIR |
98,100 |
14,813 |
415 |
298 |
125 |
173 |
23 |
CICENDO |
100,317 |
15,148 |
424 |
305 |
128 |
177 |
24 |
BANDUNG WETAN |
31,303 |
4,727 |
132 |
95 |
40 |
55 |
25 |
CIBENYING KIDUL |
108,413 |
16,370 |
458 |
328 |
138 |
190 |
26 |
CIBEUNYING KALER |
71,318 |
10,769 |
302 |
217 |
91 |
126 |
27 |
COBLONG |
132,241 |
19,968 |
559 |
401 |
168 |
233 |
28 |
SUKAJADI |
108,991 |
16,458 |
461 |
331 |
139 |
192 |
29 |
SUKASARI |
82,376 |
12,439 |
348 |
250 |
105 |
145 |
30 |
CIDADAP |
59,000 |
8,909 |
250 |
179 |
75 |
104 |
Sebagai Pusat Mata Nasional, RS Mata Cicendo mempunyai misi yang salah satunya adalah melaksanakan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mata. Dengan misi ini, RS Mata Cicendo harus mempunyai peran dalam mendidik masyarakat untuk dapat mendeteksi gangguan penglihatan dengan mudah, dan mengajarkan sistem rujukan yang tepat untuk gangguan penglihatan tersebut.
Oleh karena masalah-masalah di atas, maka dilakukan upaya untuk mengoptimalkan RS Mata Cicendo sebagai Pusat Mata Nasional dalam upaya pencegahan dan penanggulangan gangguan penglihatan karena katarak, melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara mendidik masyarakat dalam mendeteksi gangguan penglihatan dan mengembangkan sistem pendataan penduduk yang menderita gangguan penglihatan serta katarak dengan membuat aplikasi yang mudah digunakan.
Pencanangan Akselerasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional di Jawa Barat dilakukan di Pusat Mata Nasional RS Mata Cicendo pada tanggal 18 Oktober 2017 melalui Pelatihan Kader/Petugas Puskesmas di Kota Bandung. Pelatihan yang dilakukan adalah Skrining Gangguan Penglihatan /Katarak serta Pendataan Kasus Penderita Katarak pada masyarakat berusia lebih dari 50 tahun melalui Aplikasi PGP Nasional.
Kegiatan ini diharapkan dapat menurunkan Angka Gangguan Penglihatan Katarak Dan meningkatkan Cataract Surgical Coverage. PGP Nasional ini juga diharapkan dapat diterapkan pada kasus-kasus Gangguan Penglihatan lainnya, sehingga Kementerian Kesehatan RI dapat memiliki data untuk seluruh kasus Gangguan Penglihatan secara cepat & akurat.
Kegiatan ini didukung oleh banyak pihak, diantaranya Direktur Program Pencegahan Penyakit Tidak menular (P2PTM), Ketua Komite Mata Nasional, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Pelatihan Kader / Petugas Puskesmas di Kota Bandung dimulai dari beberapa Puskesmas, antara lain PKM Ujung Berung, PKM Cipadung, PKM Cibiru, dan PKM Cinambo.Setelah pelatihan kemudian para kader mendapatkan sertifikat pelatihan dari PMN RS Mata Cicendo. Implementasi kegiatan dilakukan oleh para kader bersertifikat yang memeriksa langsung masyarakat di lingkungan nya ketika ada kegiatan rutin pos bindu.
Setelah implementasi kegiatan, kemudian dilakukan monitoring dan evaluasi serta umpan balik melalui webinar yang diikuti oleh para kader di Puskesmas secara serentak. Pusat mata Nasional RS Mata Cicendo dapat melihat seluruh data yang dimasukkan ke dalam aplikasi dari seluruh Puskesmas yang ada di kota Bandung. Sebagai Kesimpulan: akselerasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan/Katarak dapat terlaksana dengan cepat dan tepat bila
· Bekerja sama dengan melibatkan masyarakat.
· Didapatnya Peta dari penderita katarak sesuai demografi
· Didapatnya Data pasti secara personal masyarakat yang menderita katarak.
· Didapatkan Akses dan Rujukan yang mudah untuk mencapai sarana tempat operasi katarak yang layak dan terpercaya.
Semoga Akselerasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional di Jawa Barat ini dapat menurunkan Prevalensi ‘Avoidable Blindness’ di Indonesia, dan mendukung Peta Jalan Gangguan Penglihatan Indonesia yang dicanangkan Menteri Kesehatan RI pada 12 Oktober 2017-Hari Penglihatan seDunia.
(oleh : Dr. dr. Feti Karfiati, SpM(K), M.Kes)