Seseorang dengan Low Vision mengalami gangguan penglihatan yang sedemikian sehingga mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas hariannya seperti membaca, menonton, naik atau turun tangga, mengurus rumah dan sebagainya.
Apakah Low Vision sama dengan Buta ?
Seseorang dengan Low Vision masih memiliki penglihatan yang dapat diberdayakan (baik menggunakan alat maupun modifikasi lingkungan) sesuai kebutuhan individu yang bersangkutan.
(WHO working definition for low vision Bangkok, 1992) : Low Vision adalah keadaan dengan penglihatan terbaik pada mata lebih baik 6/18 hingga persepsi cahaya (ligt perception) yang dapat/tidak disertai dengan penyempitan lapang pandang hingga kurang dari 10 penglihatan sentral; namun masih mampu memberdayakan penglihatannya untuk melakukan tugas tertentu yang dibutuhkan individu tersebut.
Sedangkan Buta menurut WHO 1992 adalah keadaan dengan penglihatan “gelap” atau “0”| (nol) atau no light perception. Seseorang yang buta walaupun tidak melihat dapat diberikan pelatihan tertentu sesuai kebutuhannya.
PELAYANAN REHABILITASI PENGLIHATAN
LATAR BELAKANG
Penglihatan sebagai sarana utana dalam menunjang kehidupan harus terus dioptimalkan, agar kualitas hidup menjadi lebih baik. Gangguan pada penglihatan jangan sampai mempengaruhi kualitas kehidupan seseorang. Salah satu upaya untuk mempertahankan kualitas hidup bagi pasien yang mengalami gangguan penglihatan melalui rehabilitasi.
Melalui upaya rehabilitasi para penyandang gangguan penglihatan (total blind & low vision) diharapkan dapat kembali melakukan penyesuaian dirinya dengan lingkungan keluarga & Masyarakat sekitarnya dengan dibekali kemampuan dasar aktifitas sehari-hari “Basic Everyday Activities” seperti latihan keterampilan hidup sehari (activity of daily living skills/ADL), orientasi dan mobilitas, socioeconomic activity, sehingga diharapkan penyandang ganguan penglihatan memiliki kepercayaan diri yang bagus, baik secara fisik maupun psikologis.
STRATEGI LAYANAN
Strategi layanan rehabilitasi bagi penyandang gangguan penglihatan berorientasi kepada tiga aspek, yaitu:
1. Fungsional
Upaya optimalisasi potensi fungsi penglihatan, sehingga dapat digunakan secara optimal dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan
Penekanannya pada upaya bantuan kepada para penyandang gangguan penglihatan untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu sesuai dengan kebutuhannya.
3. Sikap
Penyandang gangguan penglihatan diharapkan memiliki kemampuan beradaptasi, memiliki kepercayaan diri yang bagus, dan memahami kondisi penglihatannya, serta mampu menghadapi tantangan sebagai akibat dari realitas kondisi penglihatannya.
RUANG LINGKUP LAYANAN
Ruang lingkup layanan rehabilitasi bagi penyandang gangguan penglihatan, adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling diberikan kepada pasen dan keluarganya, dalam menyiapkan diri menerima hasil diagnosa medis.
2. Asesmen fungsi Penglihatan
Assessmen fungsi penglihatan dilakukan untuk membantu menemukan kondisi nyata dan potensi penglihatan serta melihat efek langsung dari akibat gangguan pada penglihatannya.
3. Stimulasi penglihatan
Stimulasi penglihatan ini lebih di fokuskan terhadap pasien bayi dan anak usia dini, untuk membantu mengoptimalkan fungsi penglihatan anak, melalui latihan yang merangsang fungsi penglihatan.
4. Latihan Penggunaan Alat Bantu (Optik dan Non Optik).
Latihan penggunaan alat bantu mulai dari pengenalan alat, tata cara pemakaian, sampai kepada cara pemeliharaannya.
5. Latihan Keterampilan hidup sehari-hari
Aktifitas kegiatan sehari-hari merupakan sesuatu yang mudah bagi yang melihat hanya dengan melihat saja dapat dilakukan, namun berbeda bagi yang mengalami gangguan penglihatan, kegiatan ini perlu dilatihkan agar mereka dapat mandiri.
6. Latihan Orientasi dan Mobilitas
Memberikan teknik-teknik yang cepat, tepat, dan efektif serta aman bagi penyandang gangguan penglihatan untuk mengenali lingkungan sekitarnya serta dapat bergerak dari satu tempat ketempat lain dengan aman dan efektif.
7. Bimbingan Pendidikan
Memberikan bimbingan dan konsultasi pada anak penyandang gangguan penglihatan, keluarga dan guru dalam proses belajar baik di kelas maupun di luar kelas, serta memberikan konsultasi kepada mereka dalam hal menentukan jenis dan jenjang pendidikan yang akan dijalaninya.
8. Bimbingan Karir/Pekerjaan
Memberikan konsultasi jenis pekerjaan yang sesuai bagi mereka yang mengalami gangguan penglihatan.
9. Rekomendasi dan Tindak Lanjut
Memberikan rekomendasi dan tindaklanjut yang dibutuhkan sesuai dari hasil pemeriksaan medis.
PELAYANAN REHABILITASI : ORIENTASI DAN MOBILITAS
LATAR BELAKANG
Terganggunya indera penglihatan seseorang akan mengakibatkan orang tersebut mengalami gangguan untuk memperoleh keanekaragaman pengalaman sehari-hari, dimana lebih dari 90% informasi berasal dari indera penglihatan. Terganggunya penglihatan juga akan mengakibatkan gangguan pada seseorang untuk melakukan interaksi lingkungan dan gangguan penglihatan juga mengakibatkan mobilitas seseorang menjadi terbatas
Salah satu upaya untuk meminimalkan gangguan pada kemampuan seseorang untuk mendapatkan informasi, berinteraksi dengan lingkunagan sekitar serta melakukan mobilitas, pada penderita gangguan penglihatan adalah dengan belajar teknik-teknik khusus yang dikenal dengan Orientasi dan Mobilitas.
PMN RS Cicendo sebagai Pusat Mata Nasional disamping memberikan layanan medis bagi masyarakat yang mengalami gangguan mata, juga memberikan pelayanan rehabilitasi bagi pasien yang telah mendapatkan layanan medis, khususnya bagi mereka yang dari hasil penanganan medis memerlukan layanan rehabilitasi orientasi dan Mobilitas.
SASARAN LAYANAN
Layanan Rehabilitasi Orientasi dan mobilitas ini ditujukan bagi pasein yang setelah dilakukan pemeriksaan dan atau tindakan medis dinyatakan mengalami gangguan penglihatan berat secara permanen atau menetap.
RUANG LINGKUP LAYANAN
Ruang lingkup layanan rehabilitasi orientasi dan Mobilitas, adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Konsep
Pada anak yang mengalami gangguan penglihatan sejak lahir atau terjadi pada usia balita, biasanya akan mengalami kesulitan dalam menerima konsep-konsep yang baru, untuk itu perlu dilatih tentang bagai mana mengembangkan konsep pada anak dengan gangguan penglihatan. Adapun yang dikembangkan meliputi;
2. Teknik-teknik Orientasi dan Mobilitas bagi Anak Usia Dini
Untuk anak usia dini, disamping latihan pengembangan konsep juga diajarkan beberapa teknik dasar seperti, teknik berjalan dengan orang awas dan teknik berjalan tanpa dan menggunakan alat bantu serta melindungi diri.
3. Teknik berjalan dengan pendamping awas.
Teknik berjalan dengan pendamping, meliputi teknik berjalan dengan pendamping dalam berbagai situasi dan lingkungan yang berbeda-beda.
4. Teknik bepergian mandiri
Teknik ini menitik beratkan pada bagaimana cara menuju suatu tempat dengan aman, cepat, dan tepat, dengan menggunakan berbagai teknik seperti teknik menelusur, teknik melindungi diri, mencari benda jatuh, dan sebagainya.
5. Teknik penggunaan Tongkat
Teknik ini merupakan salah satu teknik kemandirian dalam mobilitas bagi tunanetra. Teknik tongkat di mulai dari pengenalan tongkat dan cara menggunakannya.
PELAYANAN REHABILITASI : KEGIATAN HIDUP SEHARI-HARI (Activity of Daily Living Skills)
LATAR BELAKANG
Secara umum diakui bahwa orang awas yang normal akan dapat menerima hampir 90% dari seluruh informasi untuk melaksanakan kegiatan menolong diri sendiri dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu bila seseorang telah kehilangan penglihatannya, maka orang tersebut telah kehilangan salah satu dari indra yang paling penting untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan guna melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam hidup sehari-hari.
Seorang dengan gangguan penglihatan untuk memperoleh informasi-informasi yang diperlukan pada kegiatan sehari-hari, secara otomatis (disadari atau tidak disadari) akan menggunakan indra-indra lainnya yang masih berfungsi, seperti perabaan, pendengaran, penciuman dan kinestetisnya.
Pengoptimalan indra-indra yang masih berfungsi inilah yang perlu dilakukan oleh mereka yang mengalami gangguan penglihatan, oleh karena itu peran orang lain (tenaga ahli) untuk membantu cara mengoptimalkan inilah.
Layanan Rehabilitasi PMN RS Cicendo berupaya untuk membantu mengoptimalkan indera-indera yang masih berfungsi bagi pasien yang telah menjalani pemeriksaan medis di PMN RS Cicendo.
BENTUK LAYANAN
1. Merawat Diri
Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang anak adalah keterampilan untuk merawat diri. Bagi anak yang tidak memiliki gangguan penglihatan keterampilan merawat diri, bisa mereka dapatken dari meniru/mencontoh apa yang dilakukan oleh keluarganya dan lingkungan sekitarnya. Namun bagi anak yang mengalami hambatan penglihatan, kegiatan meniru/mencontoh sulit dilakukan, oleh karena itu perlu mereka di latih/diajarkan.
Ruang lingkup materi yang di ajarkan dalam keterampilan merawat diri, meliputi keterampilan dasar yang harus dikuasai anak seperti;
2. Kegiatan Makan dan Minum
Kegiatan makan dan minum merupakan kegiatan pokok dalam kehidupan Keterampilan dalam melakukan aktivitas makan dan minum yang baik dan benar bagi anak dengan gangguan penglihatan perlu dilatih/diajarkan agar mereka lebih percaya diri ketika makan dan minum bersama dengan yang lainnya.
3. Kegiatan di Dapur
Tidak selamanya keluarga bisa mendampingi terus menerus untuk mereka yang mengalami gangguan penglihatan, kadang suatu saat di tinggal di rumah sendirian, sedangkan di sisi lain mereka juga membutuhkan makan dan minum, oleh karena itu mereka dilatih kegiatan di dapur, seperti;
PELAYANAN REHABILITASI
STIMULASI PENGLIHATAN
1. PENGANTAR
Stimulasi penglihatan merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan terhadap anak low vision dengan menggunakan objek/ benda yang bertujuan memberikan rangsangan terhadap penglihatan anak, sehingga dapat merespon sesuai dengan kondisi penglihatannya. Melalui kegiatan stimulasi penglihatan pada anak low vision, diharapkan mereka memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan fungsi penglihatannya.
Penglihatan, sebagaimana halnya aktivitas lain seperti duduk, merangkak, berjalan, berlari, dan sebagainya memerlukan latihan untuk pembiasaan. Latihan dan pembiasaan ini dapat merangsang saraf penglihatan untuk dioptimalkan fungsi penglihatan itu sendiri.
Disisi lain masih banyak orang tua dan guru untuk anak low vision masih belum memahami teknik/cara melakukan stimulasi penglihatan tersebut. Mereka cenderung membiarkan anak low vision kurang stimulasi pada penglihatannya, sehingga sisa penglihatan menjadi kurang optimal dalam menjalankan fungsinya.
Keterampilan dalam melakukan stimulasi penglihatan hendaknya dimiliki para guru, orang tua, atau siapa saja yang berhubungan dengan low vision agar dapat melakukan aktivitas tersebut, sehingga secara berkala dan berkesinambungan mereka dapat melakukan stimulasi tersebut
Pemberian layanan stimulasi penglihatan merupakan bagian dari bentuk layanan terhadap anak low vision yang dapat dilakukan oleh siapa saja, dengan memanfaatkan benda yang ada di sekitar anak, serta tempat yang tidak terbatas baik di dalam maupun di luar ruangan.
2. STIMULASI PENGLIHATAN
Dalam stimulasi penglihatan bagi anak yang mengalami low vision di titik beratkan pada aspek-aspek berikut ini.
3. ALAT STIMULASI PENGLIHATAN
Untuk melakukan stimulasi penglihatan, sebetulnya tidak harus menggunakan alat yang mahal dan susah di dapatkan, karena alat stimulasi penglihatan pada dasarnya tidak lah baku, kita bisa menggunakan benda atau alat yang mudah di dapat di lingkungan sekitar kita.
Prinsip terpenting dalam penggunaan alat stimulasi penglihatan memenuhi kriteria sebagai berikut:
4. PETUNJUK UMUM DALAM STIMULASI PENGLIHATAN
Untuk melaksanakan stimulasi penglihatan Guru/Orang tua perlu diperhatikan sebagai berikut:
5. TIPS DALAM MELAKUKAN STIMULASI PENGLIHATAN
Visi dan Misi Tahun 2020 - Tahun 2024
Visi
To Be Excellence Eye Care
Misi
Eye Care for Everyone Seeing Better World
• Eye care:
Memberikan pelayanan kesehatan mata
• For everyone:
Pelayanan yang tidak diskriminatif, kepada seluruh warga masyarakat
• Seeing Better world:
Melihat dunia dengan lebih baik