Sarah Tsunami ‘Bayi Ajaib’, Kata Dokter RS Mata Cicendo: Kemungkinan, Terhindar dari Kebutaan …

Cetak

Secercah harapan dari ‘bayi ajaib’ Sarah Tsunami (11) yang terselamatkan oleh mukzizat Tuhan kala, bencana tsunami menerpa pantai Pangandaran pada Senin sore 17 Juli 2006, dengan korban lebih dari 500 orang, muncul di ruangan pemeriksaan refraksi mata di lantai 4 RS Mata Cicendo Bandung:”Bila anak manis ini dioperasi Insya Alloh penglihatannya sekitar 60% pulih. Tentu, masih dibantu kacamata. namun tak setebal sekarang,” kata dr. Irawati Irfani, Sp. M (K), M.Kes. pada Rabu, 13 Desember 2017.

Sejenak para pendampingnya yang diutus Ketua Umum DPP Gerakan Hejo, Eka Santosa, yang membawa Sarah siswa kelas 5 SDN 2 Bojong di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran, agak terhenyak:”Bukankah selama ini Sarah menyandang low vision?”

“Hasil pemeriksaan hari ini, bila sekedar kacamatanya akan diganti, nanti akan semakin tebal. Sarannya, Sarah dioperasi untuk menempatkan semacam lensa. Tentu, harus persetujuan orang tuanya. Silahkan dipertimbangkan,” tambah dr. Irawati dengan bijak yang sebelumnya tampak sangat cermat, menyerap hasil pemeriksaan dari lima rekan sejawatnya.

Pertimbangan Orang Tua Sarah

Para pendamping Sarah hari itu di antaranya Joggie Natadisastra, Shahadat Akbar, dan kebetulan ada Olot (pemuka adat) Sahari dari Baduy Provinsi Banten, yang untuk kesekian-kalinya kelancarannya dibantu oleh staf Humas rumah sakit ini, Ria Darmasari beserta jajarannya. Sorenya, para pendamping ini setiba di kediaman Eka Santosa di Alam Santosa, Pasir Impun Kabupaten Bandung, tempat Sarah menginap di Pasir Impun bersama ibunya Juju Juariah (45) yang tuna netra sejak kelas 3 SD, melaporkan ihwal pemeriksaan mata Sarah.

“Ahamdulillah hasil pemeriksaan mata Sarah hari ini sangat menggembirakan. Tentang saran operasi mata ini, kita kembalikan sepenuhnya kepada orang tua dan keluarganya,” papar Eka yang hari itu tampak bungah.

Bagi Eka sendiri yang pada era 2006 itu masih berkiprah sebagai anggota DPR RI, kembali mengingatkan dirinya akan kebesaran Tuhan. Telah terselamatkan ‘bayi ajaib’ Sarah, ia lahir beberapa jam sebelum bencana tsunami pangandaran terjadi. Selanjutnya, orok Sarah sempat terhempas dari dekapan ibunya yang tuna netra, lalu ditemukan beberap jam kemudian di antara tumpukan sampah.

“Nama Sarah diambil dari kata sarah dalam bahasa Sunda, yang menurut orang setempat berarti sampah. Tapi, dipikir-pikir nama sarah ini jadi indah ya?” serunya dengan wajah berbinar-binar  – “Sekali lagi kepada RS Mata Cicendo dan banyak pihak yang membantu ananda Sarah tanpa pamrih, saya ucapkan terima kasih.”

Juju, ibunya Sarah di Pasir Impun, dalam pertemuan sore itu, masih mempertimbangkan kemungkinan mengiijinkan operesi mata anak semata wayangnya dari suaminya Utan (65). “Besok akan pulang dulu ke Parigi, berunding dengan bapaknya Sarah. Bila setuju, langsung mengurus surat-surat BPJS dari Puskesmas.  Tetapi, semua ini terpulang pada pada kesiapan Sarah sendiri”.

Kepada Sarah, Eka sempat bertanya dihadapan ibunya maukah dioperasi matanya seperti tadi ibu dokter sarankan di rumah sakit agar penglihatan lebih baik, dan kacamata Sarah tidak semakin tebal?

“Kayaknya, mau saja-lah,” jawab Sarah dengan nada suara pelan. Tatkala ada yang mengejar , kira-kira bila penglihatan Sarah semakin baik apa yang akan Sarah lakukan nanti? “Sarah mau ke kebun binatang seperti dulu, waktu punya kacamata pertama. Mau naik gajah, lihat jerapah, singa, harimau, sama ular. Juga Sarah mau jalan-jalan ke mal (toserba), terus mau baca buku biar lancar norolang, juga mengaji qur’an …” tuturnya dengan lugu yang bercita-cita ingin menjadi orang berguna

(Berita & Foto, Sumber : http://www.edupublik.com/sarah-tsunami-bayi-ajaib-kata-dokter-rs-mata-cicendo-kemungkinan-terhindar-dari-kebutaan/)